Indah, memang jika yang dirasakan semua orang emang seperti itu. But hell! No! Lu harus tau, harus nyadar, bahwa gak semua orang berpendapat sama. Some bad, some good. And I'm on the way of bad side.
Sulit buat gue memandang keluarga sebagai sesuatu dari segala keindahan dan kenyamanan berasal, apalagi setelah gue beranjak dewasa. Gue pelan-pelan sadar, semuanya gak seperti kelihatannya. Hal ini semakin menambah ketidakpercayaan gue terhadap individu lain, dan gak menutup kemungkinan juga, gue gak percaya sama keluarga gue sendiri. And yeah! That's what I do.
Gue semakin yakin, gak bakal ada yang bisa nolongin gue selain diri gue sendiri. Ketika gue down, diri gue lah yang paling mengerti gue. Luar dalam. Gak ada prasangka. Gue bangkit sendiri. Mulai lagi, dan mungkin jatuh lagi. Gitu aja terus. Sampe suatu saat, yang gue sangat yakin akan hal itu, akan ada ganjaran yang setimpal atau bahkan lebih, dari apa yang udah gue lakukan selama ini.
Then, dimana orang-orang? Dimana peran keluarga itu memberikan support ke gue, minimal support mental? Ga ada! Mungkin gaakan pernah! Sebaliknya, gue malah ngerasa mereka menekan gue, menambah beban yang sedang gue tanggung dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang nusuk-nusuk perlahan dan cerita-cerita yang seharusnya udah gue denger sejak gue masih di dalam perut ibu gue, setidaknya itu perkiraan gue tentang pikiran mereka. Anggota-anggota keluarga yang gue anggap paling berhati mulia (bukan karena mereka ngasih dukungan ke gue atau apa, tapi karena gue lihat sendiri hati mereka sepertinya tulus melakukan segalanya buat hidup mereka dan orang lain), tapi ternyata mereka yang paling buruk yang pernah ada. Mereka lah muka dua yang sebenarnya. Mereka lah sebenar-benarnya yang seakan-akan gak pernah mengharapkan gue ada dan terlahir ke dunia ini. Ketika mereka ada di dekat gue dan mulai menuturkan cerita sialan itu, mereka seakan mencoba menyampaikan "Hmm... sebenernya lu tuh cuma ngerepotin kita sejak lu ada, tapi mau gimana lagi, gue kepaksa tapi pura-pura tulus dan berusaha tulus karena gue sayang orang tua." Dari sini gue sadar, gue belum bisa membalas semua budi baik mereka, setidaknya gue harus pergi. Gue gak bisa deket-deket sama orang seperti mereka. Gue akan cari sendiri segalanya. Insya Alloh gue bisa. Gue bukan orang yang sangat religius, tapi gue tahu, Tuhan tahu segalanya. He needs no explanation of everything. Dia Maha Tahu.
Kalo setelah keluarga yang amburegul itu orang-orang bilang, masih ada sahabat, ngomong aja ama tembok di rumah angker -_- man, sadar! Lu hidup di dunia nyata. Ini bukan ftv atau sinetron. SAHABAT SEJATI ITU MITOS! Kalo pun mereka bilang ada, berarti mereka tinggal nunggu waktu buat pengkhianatan. Dan ketika waktu itu tiba, gue akan bilang ke orang-orang yang menama-besarkan dan menjunjung tinggi si sahabat sejati, "Gue kan udah bilang, coeg -_- sekali mitos tetep mitos."
Gue lebih suka menyebut, "orang-orang yang berpikiran sama" ketimbang sahabat. Ya, mereka cuma orang-orang yang punya pemikiran sama sama gue, terus ketika kita bahas sesuatu, kita enjoy, dan kitapun mendapat pencerahan ketika kita berdiskusi dan berbagi opini satu sama lain. Udah, gitu aja. Ketika mereka pergi gitu aja, ya fine. Orang kita cuma diskusi, diskusi yang mengasikkan. Gak ada yang perlu dipermasalahkan ketika misalnya dua orang berpikiran sama selesai berdiskusi, ya, mereka pergi. Atau misalnya kembali lagi buat mendiskusikan topik lain. Fair-fair aja :) persoalan yang sangat simpel ini akan jadi pelik ketika kita menganggapnya "sahabat". Makan ati lu lama-lama coeg.
Di urutan ketiga mungkin orang terdekat lah yang help a person's up, which is bisa disebut pacar, atau emang deket doang sebagai lawan jenis. Emang asik, bisa punya seseorang yang disayang. Nyaman banget. Tapi cape juga, men, ketika kita perjuangin sesuatu buat dia di tengah-tengah kesengsaraan kita sendiri, dan seakan dia ga sadar akan hal itu.
Ya, intinya, setelah gue nyerah abis-abisan sama keluarga dan sahabat, yang mana udah meninggalkan bekas dan trauma yang gabakal kehapus oleh waktu sekalipun sepanjang hidup gue, untuk yang ketiga ini, mungkin gue belum menemukan yang tepat aja. Jika tiba saatnya, gue bakal menikmatinya, termasuk sakit hati di akhirnya :)
Kalo kalian punya sesuatu buat dikatakan disini, mungkin kalian bisa komen, cerita apa aja, yang paling absurd sekalipun. Karena kita gak saling kenal, mungkin bakal lebih mudah buat berbagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar